Tuesday, January 25, 2011

Rumah Susun Cinta Kasih


Hunian Warga Miskin yang penuh Cinta dibangun dengan Kasih

"Aah.. kapan ya pemerintah bisa membangun rumah yang layak seperti ini ?"  tanggap dua orang dari enam warga penghuni Rumah Susun Cinta Kasih yang di temui pada hari Kamis 24 Desember 2009.  Rumah Susun Cinta Kasih hunian berlantai lima yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi (YBTC) di kawasan Cengkareng, tepatnya di Kelurahan Cengkareng Timur.  Penghuni rumah susun Cinta Kasih adalah warga negri ini korban penggusuran dari  Kampung Gusti dan Teluk Gong.   Sebelumnya warga rusun Cinta Kasih ini mengokupasi lahan milik negara dengan bangunan darurat, yang tidak memenuhi standar keamanan dan kesehatan,  sanitasi buruk, sarana sosial yang tidak layak. Proses penggusuran yang seringkali ditingkahi kericuhan dengan petugas Tramtib, bahkan  membuat sengsara kaum urban ini yang akhirnya pun menyelusup ke perkampungan kumuh atau perumahan liar di kawasan yang lain.  Hanya menyelesaikan 'luka', tidak pernah menyembuhkan 'penyakit' sesungguhnya di kota-kota besar seperti Jakarta.

Warga gusuran ini umumnya bekerja 'serabutan' di sektor informal, seperti pemulung, pengemudi ojek motor, jasa cucian pakaian,  tukang tambal ban, bahkan ada juga yang mendapatkan nafkah sebagai buruh angkut.  Pendapatan yang pas-pasan sudah tentu mustahil mampu menyisihkan uang untuk membayar angsuran rumah, dan menempati hunian yang layak hanya impian yang mustahil diwujudkan.   Dalam ketidapastian masa depan, pada pertengahan tahun 2003 penggusuran  sering menjadi 'kiamat kecil',  malah menumbuhkan harapan baru .  Korban penggusuran dari kedua lokasi kumuh itu, menempati "hunian yang luar biasa mewah"  yang disediakan YBTC bekerja sama dengan Pemerintah DKI Jakarta, di rumah susun sebanyak 55 tower @ 20 rumah hunian berukuran 36 m2.  Ada semacam "lompatan budaya" mereka yang sehari-hari berada di hunian tak layak menempati rumah susun yang tertib, teratur, sarana sanitasi yang lengkap, bangunan yang memenuhi standar kesehatan, penerangan yang cukup.  Dari hunian yang segala keperluan dilakukan pada satu ruangan yang sama, kemudian di rumah susun ini tersedia dua kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, juga dapur.

Pada tahap awal menempati rumah susun ini, YBTC sebagai pengelola, melakukan penyiapan sosial bagi 'warga baru', melalui proses pemberdayaan warga memperkenalkan berbagai macam peraturan dan tata tertib untuk menjadi warga rumah susun Cinta Kasih.   Peraturan tentang pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, semenjak dari rumah sudah harus dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering. Tempat pengumpulan sampah sementara pun rapih dan bersih, tersedia box untuk sampah basah maupun sampah kering. Bahkan sebagian warga juga mendapat pelatihan mengolah sampah basah menjadi pupuk organik.   Warga pun memahami benar kesepakatan dengan pengelola tidak menjemur pakaian di jendela rumah, disediakan di lantai khusus.  Atau memanfaatkan sela-sela antar unit yang dirancang untuk cahaya dan sirkulasi udara.   Untuk membangun disiplin soal jemuran pakaian ini, jika ada warga yang melanggar, misalnya menjemur pakaian di jendela,  patroli warga akan mengingatkan warga yang melanggar melalui pengeras suara.   Saat menjumpai beberapa ibu warga blok Apel (tower/menara rumah  susun diberi nama buah-buahan),  ibu Yayah misalnya, dengan wajah berseri menjelaskan: "wah disini kehidupan lebih enak, ngga takut digusur lagi, ngga ada penyakit, anak2 juga lebih sehat..".  Ibu Saleha yang mempunyai dua anak  menimpali : "..Alhamduillah disini nyaman, orang2 disekitar Cengkareng Timur, sering bilang kita tinggal di apartemen..!".   Pak Dedi salah satu pengurus RW dengan bangga menyela pembicaraan: "yaa gitu deh pak, disini kami bisa diibaratkan burung gereja yang ada dalam sangkar emas..".   Menjelaskan kemustahilan warga gusuran yang sudah menempati rumah susun bak apartemen.

Desain rumah susun Cinta Kasih ini memang berbeda.  Antar tower memiliki 'selasar' terbuka yang juga menjadi celah pandang dengan tower lainnya, sehingga memudahkan pengawasan dan pengamanan.  Setiap tower dengan  lima lantai terdiri dari 20 rumah hunian.     
Meski selasar tersebut menjadi 'ruang publik', tetapi cukup mengagumkan kebersihan tetap terjaga.  Inilah bagian dari buah pemberdayaan warga.
Selain pemberdayaan warga, aspek lain yang sangat membantu warga miskin ini ialah pendekatan yang holistik.  Dua aspek utama yang selalu menjadi persoalan warga miskin ialah: pendidikan dan kesehatan.   Pengelola menyediakan fasilitas pendidikan mulai dari TK, SD, SMP dan SMU. Iuran pendidikan yang sangat terjangkau kemampuan warga yang bekerja di sektor informal ini.  Mutu pendidikan pun tidak kalah dibandingkan dengan sekolah ternama di Jakarta. Desain kurikulum memang menggunakan rujukan sekolah unggulan. Bahkan sekolah Buddha Tzu Chi memperkenalkan bahasa Mandarin untuk siswa SMP dan SMU.  Begitu juga dengan pelayanan kesehatan warga.  Pihak YBTC menyediakan polikinik yang standarnya sudah seperti rumah sakit umum. Biaya pun sangat murah.   Salah satu kekuatiran terjadinya pengalihan kepemilikan di rumah akan terjadi di rumah susun Cinta Kasih.  Pihak pengelola memberlakukan ketentuan untuk perpanjangan kontrak sewa hunian setiap dua tahun.  Baik penghuni asal yang menyewakan   atau mengalihkan hak hunian, maupun  penghuni yang menyewa menerima sanksi harus keluar dari rumah susun.

Menjadi penghuni Rumah Susun Cinta Kasih memang tidak gratis. Walaupun mereka tidak perlu membayar 'uang muka', tetapi harus membayar iuran pengelolaan lingkungan sebesar Rp. 90 ribu perbulan, iuran listrik dan air minum sesuai dengan penggunaan setiap rumah tangga. Pada tahun pertama (2003) sampai tahun kedua pembayaran ditalangi pengelola yang dapat diangsur kemudian setelah memiliki pendapatan, bahkan beberapa warga dibebaskan.  Warga gusuran yang nafkahnya sangat bergantung pada lokasi tempat tinggalnya, memang sempat kehilangan mata pencaharian sehari-hari.  Pihak YBTC juga melaksanakan pelatihan ketrampilan dalam rangka pemberdayaan ekonomi warga.  Melakukan 'channeling' dengan beberapa perusahaan melaksanakan kegiatan outsourcing yang bisa dilakukan warga rusun Cinta Kasih.   Banyak juga warga rumah susun ini yang menjadi lebih mandiri. Dengan berkurangnya pengeluaran bulanan (kesehatan dan pendidikan), kemudian sanggup menyisihkan pendapatannya, dan akhirnya mampu membeli rumah sederhana pindah dari rumah susun Cinta Kasih.

Pada awal tulisan,  pernyataan sederhana namun memiliki makna yang luar biasa. "Aah.. kapan ya pemerintah bisa membangun rumah yang layak seperti ini ?" Tidak ada kata mustahil untuk membangun "adab baru menghuni rumah susun yang manusiawi, sehat, teratur dan disiplin" Ternyata melalui penyadaran kritis, membangun pengertian bersama, menyepakati peraturan dengan penuh disiplin ...   Ratusan meter dari Rumah Susun Cinta Kasih, dengan mudah ditemui Rumah Susun Dahlia yang dikelola oleh Perumnas.  

Fakta inilah yang meragukan warga, bahwa warga gusuran menyangsikan kemampuan pemerintah untuk menyediakan hunian sebaik yang mereka nikmati sekarang ini.   Perbedaan tampilan bangunan yang terkesan semrawut, tidak ada perawatan sehingga boleh dikatakan "bangunan kumuh".


perlu penyadaran warga
Menyediakan dan membangun rumah susun tidak sekedar mendaftarkan peminat dan menempatkan pada setiap unit atau blok hunian.  Komunitas rumah susun harus disiapkan, penghuni harus berpartisipasi untuk mengenal "budaya hidup dirumah susun".  

Melalui pemberdayaan, warga diajak untuk membangun pengertian bersama sehingga mampu mengambil keputusan untuk menentukan ketentuan maupun aturan yang menjamin ketertiban bermasyarakat di rumah susun.   Jika warga gusuran yang seringkali dikonotasikan: masyarakat berpenghasilan sangat rendah, kurang berpendidikan, berperilaku buruk; ternyata mampu dan berhasil membuktikan dalam tempo enam tahun sebagian sudah  berdaya, bahkan  mandiri.  Seharusnya ini menjadi pembelajaran baik (good practices) untuk pembangunan rusunawa maupun rusunami, atau program rumah susun sewa bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pasti bisa. !  (@24des2009).

______________________________
Kata-kata kuncipemberdayaan, penyadaran warga sebagai penghuni yang bertanggung jawab,  tata tertib penghuni,  perencanaan holistik, penyediaan kebutuhan dasar warga. 

Wassalam,

Ibnu Taufan
0816-940978  I Planner ; Community Development