Wednesday, July 24, 2019

Penguatan Kapasitas Pendamping Rembuk RW

Peserta Pelatihan Pendamping Rembuk RW gelombang pertama ( 3 sd 4 Desember 2018) di Kelas A, diikuti sebanyak  23 Orang peserta dari 27 orang (calon) Pen-damping Rembuk RW, masing berasal warga utusan Kelurahan Sukabumi Utara (11 orang), Kelurahan Sukabumi Selatan (11 orang) dan Kelurahan Kedoya Selatan (5 orang).    Pelatihan difasi-litasi oleh fasilitator IPPMI, Moefid Maghfoedin dan Ibnu Taufan.

Materi Pelatihan
Materi pelatihan dikemas dalam bentuk modul pelatihan yang terbagi dalam 7 (tujuh) pokok bahasan, yaitu:  
  • Kebijakan Musrenbang Jakarta Tahun 2019 (Kebijakan dan Mekanisme Musrenbang Jakarta 2019, Sistem e-Musrenbang)
  • Orientasi Belajar
  • Tugas dan Fungsi Pendamping Rembuk RW
  • Teknik Fasilitasi: Teknik Memfasilitasi Partisipatif, Teknik Memfasilitasi Penggalian Aspirasi Warga dan Pelatihan/Pembekalan Penggalian Aspirasi Warga di tingkat RT,
  • Fasilitasi Rembuk RW dan;
  • Evaluasi Pelatihan dan Rencana Tindak Lanjut.  


Dinamika Kelas
  • Pelatihan dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan peserta pelatihan atau warga belajar secara aktif. Proses pelatihan difasilitasi oleh 2 (dua) fasilitator/nara sumber, kecuali untuk Pokok Bahasan 1, juga difasilitasi oleh nara sumber dari Subanppeko wilayah.
  • Proses pelatihan berlangsung sesuai dengan struktur dan sistimatika pelatihan ini. Uraian pokok bahasan diawali dengan penjelasan umum garis besar isi pokok bahasan, tujuan setiap pokok bahasan, sub pokok bahasan, metoda, media dan bahan belajar. Proses diskusi dan interaksi peserta berjalan secara dinamis. Peserta diupayakan untuk aktif menyampaikan pendapat dan pengetahuan yang diketahui (curah pendapat).   Pada akhir sesi, dirangkum sebagai kesimpulan yang melengkapi pokok bahasan lainnya.
  • Peserta dengan beragam latar belakang dan pengalaman, tetapi dapat memahami materi Orientasi Belajar, sehingga kondusif mengikuti proses pelatihan seluruh materi pokok bahasan selanjut.  Interaksi antar peserta juga berlangsung dengan dinamis. Walaupun beberapa peserta memerlukan adaptasi dengan pendekatan pelatihan androgogi (pelatihan orang dewasa). Partisipasi peserta cukup mendukung dinamika pelatihan/kelas.
  • Munculnya Kesadaran Peserta. Sudah terlihat dari materi di hari pertama Orientasi Belajar, dan berlanjut hingga hari terakhir. Pelatihan yang diselenggarakan ini sendiri sudah menjadi pembeda dari rutinitas musrenbang sebelumnya, adanya perbedaan dengan merekrut Penamping Rembuk RW dan dilatih secara khusus untuk mendampingi proses musrenbang yang dimulai dari Rembuk RW. Sangat terlihat dengan jelas selama 2 hari proses pelatihan, metode POD dan proses kritis yang dialami sangat membangun kesadaran mereka untuk peduli dengan lingkungannya.
  • Peserta termotivasi dengan muatan-muatan materi yang menggerakan mereka terbuka matahatinya, bahwa apa yang sedang didiskusikan ini ada di lingkungan mereka, dan melalui cara ini mereka termotivasi untuk melakukannya. 
  • Kemampuan dasar teknik komunikasi pun cukup beragam, sebagian sudah cakap berkomunikasi. Namun masih ada peserta yang lemah ketrampilan komunikasi sehingga tidak cakap mengartikulasikan materi pokok bahasan, menyampaikan pendapat dan gagasan,  atau pun dalam peragaan simulasi (role play).
  • Pendekatan partisipatif dan androgogi, sesungguhnya memerlukan waktu belajar yang cukup memadai;agar dapat memahami konsep yang diuraikan dalam setiap modul, serta mengenali  kemampuan (indikator kunci) yang harus dimiliki oleh Pendamping Rembuk RW. Begitu pula informasi kunci terkait dengan sistem dan teknik penggunaan aplikasi berbasis teknologi digital.
  • Beberapa pengetahuan dan ketrampilan teknis yang dilaksanakan melalui simulasi (role play) kegiatan yang akan dihadapi, karena terbatasnya alokasi waktu pelatihan, terbatas peserta pelatihan yang terlibat dan ambil bagian.
  • Sasaran akhir pelatihan dan penugasan pendamping secara keseluruhan adalah meningkatnya kualitas perencanaan partisipatif sebagai bagian dari proses musrenbang di Jakarta. Untuk menjamin kualitas perencanaan partisipatif maka perlu perhatian pada entry level, yakni proses penggalian aspirasi warga.   Dinamika kelas belum memperlihatkan peserta cukup memahami dengan baik, karena pada umumnya terperangkap pada sediaan panduan terutama template musrenbang.  Dengan perhatian dan kesadaran proses kunci, sekaligus juga menjamin proses perencanaan akan semakin inklusif, semakin terbukanya partisipasi perempuan, kaum marginal, disabilitas dan isu2 laten lainya;
  • Pendekatan partisipatif dan androgogi, -apalagi dengan beragamnya latar belakang peserta-, memerlukan waktu belajar/pelatihan yang cukup memadai. Agar peserta dapat memahami konsep yang diuraikan dalam setiap modul, serta mengenali  esensi tugas dan fungsi yang harus dikuasai oleh Pendamping Rembuk RW.  Termasuk pula informasi kunci terkait dengan sistem dan teknik penggunaan aplikasi berbasis teknologi digital;  







    • Efektifitas pelaksanaan Pendampingan Rembuk RW ini, tidak mungkin sepenuhnya diperoleh dari proses pelatihan in class training. Apalagi beberapa pokok bahasan dan simulasi terbatas waktunya. Implementasi dan pelaksanaan tugas dan fungsi  Pendamping Rembuk ketika memfasilitasi Rembuk RW (juga tahapan penggalian aspirasi warga). Oleh karena itu,  Fasilitator/Nara Sumber dan/atau pihak terkait Subanppeko seyogyanya melakukan pendampingan  in-service training  dalam bentuk bimbingan ( coaching dan supervisi ) pelaksanaan persiapan Rembuk RW.
    Metoda Pelatihan Androgogi atau
    Pelatihan Orang Dewasa (POD) 
    Simulasi Teknik Fasilitasi
    ( role play )



    Refleksi
    • Desain pelatihan yang menuntut kompetensi ini, seyogya dirancang dengan berbasis pada kajian kebutuhan pelatihan  atau training need assessment, sehingga desain pelatihan (kurikulum dan materi) dapat mengakomodasi tugas dan fungsi pendamping Rembuk RW yang lebih tepat;
    •  Terkait dengan penggalian aspirasi warga, perlu ditekankan pada kemampuan pendamping untuk memfasilitasi warga menemu-kenali dengan baik (identifikasi atau inventarisasi masalah) di lingkungannya dengan seksama, tidak terpaku pada usulan kegiatan (sub projects) yang tertuang dalam pedoman musrenbang, khususnya pada template musrenbang yang seyogyanya menjadi referensi atau acuan usulan kegiatan yang layak (teknis dan ekonomis/finansial) untuk dituangkan pada rekapitulasi usulan (Form-7) pada forum Rembuk RW.
    • Tidak semua peserta memiliki pengalaman mengikuti proses musrenbang.  Materi pelatihan merupakan pengetahuan baru, yang seyogyanya didukung dengan sumber bacaan dan referensi yang cukup.  Sebagai upaya mendorong agar Pendamping Rembuk RW terus belajar, seyogyanya dalam pelatihan semacam ini, peserta membuat Kertas Kerja yang merekam dan mencatat informasi kunci yang diperoleh selama pelatihan, berikut catatan teknis dari setiap pokok bahasan, maupun hasil akhir simulasi pelatihan, yakni memasukan (input) usulan kedalam system eMusrenbang.  Kertas Kerja ini akan menjadi buku pegangan Pendamping saat melaksankan tugas pendampingan.
    • Alat bantu/media pelatihan yang dipergunakan dapat dikembangkan sejalan   dengan pengalaman memfasilitasi pendampingan Rembuk RW tahun 2019 ini, proses fasilitasi, interaksi dan saling belajar kedalam media digital ( video, foto, infografis). 
    • Potensi munculnya pengayaan gagasan dalam Penggalian Aspirasi Warga. Dengan terbukanya kesadaran peserta tentang teknik partisipatif dalam fasilitasi aspirasi warga, akan dimungkinkan munculnya banyak gagasan yang nyata dilapangan, sementara alat penyaring yaituTemplateInfobang dan daftar larangan, akan memunculkan banyak gagasan yang tidak bisa diakses melalui Musrenbang.  Perlu ada inisiatif untuk tetap menampung gagasan warga yang tidak bisa di akses ke Musrenbang, kerjasama dengan pihak luar sangat di sarankan untuk membuka akses sumber pendanaan dan penguatan kapasitas ke lembaga2 yang menangani isue-isue terkait, seperti lembaga filantropi, CSR, NGO nasional dan international, serta lembaga-lembaga yang relevan (BNN, HIV-AID) dan lainnya.
    • Memperhatikan alur tahapan rembuk RW, terdapat beberapa titik kritis di beberapa tahapan, yaitu: Pelatihan RT, Penggalian Aspirasi Warga, dan Rembuk RW. Materi Simulai perlu dilakukan di 3 tahapan tersebut, yang bisa dilakukan dengan pembagian 3 kelompok di kelas yang diberi tugas simulasi masing2, selanjutnya dikritis bersama.


    Pesanggrahan,  Desember 2018
    @ibnutaufan

    No comments: